RANGKUMAN MODUL G PEDAGOGIK KP 1 KONSEP DAN PRINSIP KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN


Disusun oleh:
Siti Aminah
Sumber : Modul G Pedagogik Komunikasi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran 1 :
Konsep dan Prinsip Komunikasi Efektif dalam Pembelajaran
(Rangkuman)
1. Konsep dan Prinsip Komunikasi
Komunikasi
adalah faktor yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Komunikasi
yang efektif sangat diperlukan agar pesan yang disampaikan oleh guru dapat
diterima dengan baik oleh peserta didik. Sebagai komunikator, seorang guru
harus menguasai strategi, metode dan tehnik komunikasi yang efektif dalam
pembelajaran.
Menurut
Eveert M. Rogers komunikasi merupakan sebuah proses mengirimkan gagasan dari
sumber kepada penerima dengan tujuan untuk merubah perilakunya. Pendapat serupa
dikemukan oleh Theodore Herbert yang mendefinisikan komunikasi sebagai proses
yang di dalamnya menunjukkan arti pengetahuan dipindahkan dari seseorang kepada
orang lain, biasanya dengan maksud mencapai beberapa tujuan khusus, sedangkan
menurut Carl I. Hovland, komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang
(komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk
mengubah perilaku orang lain (komunikan).
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan, bahwa komunikasi dalam pembelajaran pada
dasarnya merupakan suatu proses penyampaian informasi dari guru sebagai
komunikator terhadap peserta didik sebagai komunikan melalui berbagai
rangsangan dengan tujuan untuk mengubah prilaku peserta didik. Kesuksesan
komunikasi bergantung kepada design pesan atau informasi dan cara
penyampaiannya.
Untuk
itu guru perlu mengetahui unsur- unsur komunikasi, yakni :
a. Komunikator.
Komunikator merupakan sumber dan pengirim pesan.
b. Kredibilitas
komunikator yang membuat komunikan percaya terhadap isi pesan angat berpengaruh
terhadap keberhasilan komunikasi.
c. Pesan,
Pesan harus memiliki daya tarik tersendiri, sesuai dengan kebutuhan
penerima pesan, kesamaan pengalaman tentang pesan dan ada peran pesan dalam
memenuhi kebutuhan penerima pesan.
d. Media.
Metode dan media yang digunakan dalam proses komunikasi harus disesuaikan
dengan kondisi atau karakteristik penerima pesan.
e. Komunikan.
Agar komunikasi berjalan lancar, komunikan harus mampu menafsirkan pesan, sadar
bahwa pesan sesuai dengan kebutuhannya, dan harus ada perhatian terhadap pesan yang
diterima.
f. Efek.
Terjadinya efek dalam suatu proses komunikasi sangat tergantung kepada cara
penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan serta kebutuhan komunikan
terhadap pesan yang disampaikan. Untuk lebih jelasnya perhatikan diagram di
bawah ini.
Gambar 1. Diagram Lima Komponen Komunikasi
Sebagai penjabaran
lebih jauh dari definisi dan hakekat komunikasi, Deddy Mulyana, Ph. D
menguraikan 12 prinsip-prinsip komunikasi sebagai berikut:
a. Komunikasi adalah proses
simbolik. Komunikasi adalah sesuatu yang bersifat dinamis,
sirkular dan tidak berakhir pada suatu titik, tetapi terus
berkelanjutan. Salah satu kebutuhan
pokok manusia, seperti dikatakan oleh Susanne K.
Langer, adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang.
b. Setiap prilaku mempunyai
potensi komunikasi.
Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang
tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang
lain maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh,
ekspresi wajah (komunikasi non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain
menjadi suatu stimulus. Kita tidak dapat tidak berkomunikasi (We cannot not
communicate), tidak berarti bahwa semua perilaku adalah komuniaksi.
c. Komunikasi mempunyai dimensi
isi dan dimensi hubungan.
Setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi
dimana dari dimensi isi tersebut kita bisa memprediksi dimensi hubungan yang
ada di antara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi.
d. Komunikasi berlangsung
dengan berbagai tingkat kesengajaan.
Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh
seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat kesengajaan yang rendah
artinya tindakan komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja yang akan
dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci dan detail),
sampai pada tindakan komunikasi yang betul-betul disengaja (pihak komunikan
mengharapkan respon dan berharap tujuannya tercapai).
e.
Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu.
Pesan komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan
baik secara verbal maupun non-verbal disesuaikan dengan tempat, di mana proses komunikasi
itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu
berlangsung. Makna pesan juga bergantung pada konteks fisik dan ruang (termasuk
iklim, suhu, intensitas cahaya, dan sebagainya), waktu, sosial dan psikologis.
f. Komunikasi melibatkan
prediksi peserta komunikasi.
Tidak dapat dibayangkan jika orang melakukan
tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita
tersenyum maka kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas dengan
senyuman, jika kita menyapa seseorang maka orang tersebut akan membalas sapaan kita.
Prediksi seperti itu akan membuat seseorang menjadi tenang dalam melakukan
proses komunikasi.
g. Komunikasi bersifat
sistematik.
Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal
yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan
pendidikan. diri kita yang bersifat jasmani juga berhubungan dengan unsur kita
yang bersifat rohani.
Ada dua sistem dasar beroperasi dalam transaksi komunikasi
itu: Sistem Internal dan Sistem Eksternal. Sistem internal adalah seluruh
sistem nilai yang dibawa oleh individu ketika ia berpartisipasi dalam
komunikasi yang ia cerap selama sosialisasinya dalam berbagai lingkungan
sosialnya (keluarga, masyarakat,setempat, kelompok suku, kelompok agama,
lembaga pendidikan, kelompok sebaya, tempat kerja, dan sebagainya). Sistem eksteernal
terdiri dari unsur-unsur dalam lingkungan di luar individu, termasuk kata-kata
yang ia pilih untuk berbicara, isyarat fisik peserta komunikasi, kegaduhan di
sekitarnya, penataan ruangan, cahaya, dan temperatur ruangan. Elemen-elemen ini
adalah stimuli publik yang terbuka bagi setiap peserta komunikasi dalam setiap
transaksi komunikasi.
h. Semakin mirip latar
belakang sosial budaya, semakin efektiflah komunikasi.
Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari
suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada kecenderungan dua pihak tersebut
mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan. Kedua pihak mempunyai
makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling dipertukarkan. Komunikasi
yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan para
pesertanya (orang-orang yang sedang berkomunikasi).
i.
Komunikasi bersifat nonsekuensial.
Meskipun terdapat banyak model komunikasi linier
atau satu arah, sebenarnya komunikasi manusia dalam bentuk dasarnya (komunikasi
tatap-muka) bersifat dua-arah (sifat sirkuler).
j. Komunikasi bersifat
prosesual, dinamis dan transaksional.
Komunikasi sebagai suatu proses dapat dianalogikan
dengan pernyataan Herclitus Enamabad sebelum Masehi bahwa “ Seorang manusia
tidak akan pernah melangkah di sungai yang sama dua kali.” Dalam proses komunikasi itu, para peserta
saling mempengaruhi, seberapa kecil pun pengaruh itu, baik lewat komunikasi
verbal ataupun lewat komunikasi nonverbal. Implikasi dari komunikasi sebagai
proses yang dinamis dan transaksional adalah bahwa para peserta komunikasi berubah,
dari sekedar berubah pengetahuan hingga berubah pandangan dan perilakunya. Pandangan
dinamis dan transaksional memberi penekanan bahwa seseorang mengalami perubahan
sebagai hasil terjadinya komunikasi.
k. Komunikasi bersifat
irreversible.
Suatu perilaku adalah suatu peristiwa. Oleh karena
merupakan suatu peristiwa, perilaku berlangsung dalam waktu dan tidak dapat
“diambil kembali.” Dalam komunikasi, sekali Anda mengirimkan pesan, Anda tidak dapat
mengendalikan pengaruh pesan tersebut bagi khalayak, apalagi menghilangkan efek
pesan tersebut sama sekali. Sifat irreversible ini adalah implikasi dari
komunikasi sebagai proses yang selalu berubah. Prinsip ini seharusnya
menyadarkan kita bahwa kita harus berhati-hati untuk menyampaikan pesan kepada
orang lain, sebab, efeknya tidak bisa ditiadakan sama sekali, meskipun kita
berupaya meralatnya. Apalagi bila penyampaian itu dilakukan untuk pertama
kalinya.
l. Komunikasi bukan panasea
untuk menyelesaikan berbagai masalah.
Namun komunikasi bukanlah panasea (obat mujarab)
untuk menyelasaikan persoalan yang mungkin berkaitan dengan masalah struktural.
Agar komunikasi efektif, kendala struktural ini juga harus diatasi. Misalnya,
meskipun pemerintah bersusah payah menjalin komunikasi yang efektif dengan
warga Aceh dan warga Papua, tidak mungkin usaha itu akan berhasil bila
pemerintah memberlakukan masyarakat di wilayah-wilayah itu secara tidak adil,
dengan merampas kekayaan alam mereka dan mengangkutnya ke pusat.
2. Konsep dan Prinsip Pembelajaran
Menurut Undang-Undang
no. 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas pasal 1 ayat 20, pembelajaran merupakan
sebuah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
dalam suatu lingkungan belajar. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono,
pembelajaran merupakan aktivitas pendidik atau guru secara terprogram melalui
desain instruksional agar peserta didik
dapat belajar secara aktif dan lebih menekankan pada sumber belajar yang
disediakan. Munif Chatib mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu proses
transfer ilmu dari dua arah, yakni antara pendidik (sebagai sumber
ilmu/informasi) dan peserta didik (sebagai penerima informasi). Dari definisi
di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adala proses transfer ilmu dari
pendidik kepada peserta didik dalam suatu lingkungan yang dikelola secara
sistematik dengan tujuan untuk merubah prilaku peserta didik. Agar transfer
pengetahuan itu berjalan dengan baik, perlu diperhatikan prinsip-prinsip
belajar sebagai berikut :
a. Tantangan
Teori medan (Field Theory Perhatian dan Motivasi
Dalam proses pembelajaran, perhatian merupakan
faktor yang besar pengaruhnya, kalau peserta didik mempunyai perhatian yang
besar mengenai apa yang dipelajari peserta didik dapat menerima dan memilih
stimuli yang relevan untuk diproses lebih lanjut di antara sekian banyak stimuli
yang datang dari luar. Di samping
perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi
adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi
mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Motivasi dapat diartikan sebagai
tenaga pendorong yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu.
Adanya tidaknya motivasi dalam diri peserta didik dapat diamati dari observasi
tingkah lakunya.
b. Keaktifan
Menurut pandangan psikologi anak adalah makhluk
yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan
dan aspirasinya sendiri. John Dewey
mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa
untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari dirinya sendiri, guru
hanya sebagai pembimbing dan pengarah. Thordike mengemukakan keaktifan siswa
dalam belajar dengan hukum "law of exercise"-nya yang menyatakan
bahwa belajar memerlukan adanya latihan-latihan. Hubungan stimulus dan respon
akan bertambah erat jika sering dipakai dan akan berkurang bahkan lenyap jika
tidak pernah digunakan. Artinya dalam kegiatan belajar diperlukan adanya
latihan-latihan dan pembiasaan agar apa yang dipelajari dapat diingat lebih
lama. Semakin sering berlatih maka akan semakin paham.
c. Keterlibatan
Langsung/Pengalaman
Belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa,
belajar adalah mengalami dan tidak bisa dilimpahkan pada orang lain. Edgar Dale
dalam penggolongan pengalaman belajar mengemukakan bahwa belajar yang paling
baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Hal ini juga sebagaimana yang
di ungkapkan Jean Jacques Rousseau bahwa anak memiliki potensi-potensi yang
masih terpendam, melalui belajar anak harus diberi kesempatan mengembangkan
atau mengaktualkan potensi-potensi tersebut. Sesungguhnya anak mempunyai kekuatan
sendiri untuk mencari, mencoba, menemukan dan mengembangkan dirinya sendiri.
Dengan demikian, segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan
sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, bekerja sendiri, dengan
fasilitas yang diciptakan sendiri.
Dari berbagai pandangan ahli tersebut menunjukkan
berapa pentingnya keterlibatan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran.
Modus Pengalaman belajar adalah sebagai berikut:
kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa
yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat
dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan, dan 90% dari apa yang kita katakan
dan lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa jika guru mengajar dengan banyak ceramah,
maka peserta didik akan mengingat hanya 20% karena mereka hanya mendengarkan.
Sebaliknya, jika guru meminta peserta didik untuk melakukan sesuatu dan
melaporkan nya, maka mereka akan mengingat sebanyak 90%.
Hal di atas ada kaitannya dengan pendapat yang
dikemukakan oleh seorang filsof Cina Confocius, bahwa: “apa yang saya dengar,
saya lupa; apa yang saya lihat, saya ingat; dan apa yang saya lakukan saya
paham.
Dari kata-kata bijak ini kita dapat mengetahui
betapa pentingnya keterlibatan langsung dalam pembelajaran. ”
d. Pengulangan
Prinsip belajar yang menekankan perlunya
pengulangan adalah teori psikologi daya. Menurut teori ini belajar adalah
melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamati,
menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berfikir dan sebagainya. Dengan
mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang, seperti halnya pisau
yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka daya yang dilatih dengan pengadaan
pengulangan-pengulangan akan sempurna. Dalam proses belajar, semakin sering
materi pelajaran diulangi maka semakin ingat dan melekat pelajaran itu dalam
diri seseorang. Mengulang besar pengaruhnya dalam belajar, karena dengan adanya
pengulangan "bahan yang belum begitu dikuasai serta mudah terlupakan"
akan tetap tertanam dalam otak seseorang. Mengulang dapat secara langsung sesudah
membaca, tetapi juga bahkan lebih penting adalah mempelajari kembali bahan
pelajaran yang sudah dipelajari misalnya dengan membuat ringkasan.
e.
Tantangan
Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat
siswa bersemangat untuk mengatasinya. Bahan pelajaran yang baru yang banyak mengandung
masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya.
Penggunaan metode eksperimen, inquiri, discovery juga memberikan tantangan bagi
siswa untuk belajar secara lebih giat dan sungguh-sungguh. Penguatan positif
dan negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh
ganjaran atau terhindar dari hukuman yang tidak menyenangkan.
f. Balikan
dan Penguatan
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan
adalah teori belajar operant conditioning dari B.F. Skinner.Kunci dari teori
ini adalah hukum effeknya Thordike, hubungan stimulus dan respon akan bertambah
erat, jika disertai perasaan senang atau puas dan sebaliknya bisa lenyap jika
disertai perasaan tidak senang. Artinya jika suatu perbuatan itu
menimbulkan efek baik, maka perbuatan itu cenderung
diulangi. Sebaliknya jika perbuatan itu menimbulkan efek negatif, maka
cenderung untuk ditinggalkan atau tidak diulangi lagi.
g. Perbedaan
Individual
Siswa merupakan makhluk individu yang unik yang
mana masing-masing mempunyai perbedaan yang khas, seperti perbedaan
intelegensi, minat bakat, hobi, tingkah laku maupun sikap, mereka berbeda pula
dalam hal latar belakang kebudayaan, sosial, ekonomi dan keadaan orang tuanya. Guru
harus memahami perbedaan siswa secara individu, agar dapat
melayani pendidikan yang sesuai dengan perbedaannya
itu. Siswa akan berkembang sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Setiap
siswa juga memiliki tempo perkembangan sendiri-sendiri, maka guru dapat memberi
pelajaran sesuai dengan temponya masing-masing.
3. Komunikasi Efektif dalam Pembelajaran
Ditinjau
dari prosesnya pembelajaran adalah komunikasi, dalam arti bahwa dalam proses
tersebut terlibat dua komponen yang terdiri atas manusia, yakni pengajar sebaga
komunikator dan pelajar sebagai komunikan. Pada umumnya setiap proses pembelajaran memiliki
tujuan khusus. Tujuan
pembelajaran akan tercapai apabila prosesnya komunikatif.
Biasanya
pembelajaran berlangsung secara terencana di dalam kelas melalui tatap muka.
Secara
teoritis, pada waktu seorang pelajar melakukan intra komunikasi, terjadilah
proses yang terdiri atas 3 tahap :
a. Persepsi.
Persepsi adalah penginderaan terhadap suatu kesan yang timbul dalam
lingkungannya. Penginderaan itu dipengaruhi oleh pengalaman, kebiasaan dan
kebutuhan. Kemampuan mempersepsi setiap pelajar berbeda-beda. Hal ini
ditentukan aktivitas komunikasi, baik sebagai komunikator maupun sebagai
komunikan. Pengetahuan dan pengalaman akan memperkaya dan memperkuat daya
persepsinya. Semakin sering ia melibatkan diri dalam komunikasi, akan semakin
kuat daya persepsinya.
b. Ideasi.
Dalam tahap ini, pelajar mengonsepsi apa yang dipersepsinya. Ini berarti bahwa
dia mengadakan selesksi dari skian banyak pengetahuan, dan pengalaman yang
pernah diperolehnya,mengadaan penataan dengan yang relevan dari hasil
resepsinya tadi, untuk kemudian ditransmisikan secara verbal kepada lawan
diskusinya.
c. Transmisi.
Transmisi adalah proses penyampaian konsepsi karya penalaran sehingga, apa yang
dilontarkan dari mulutnya adalah pernyataan yang manta, meyakinkan, sistematis
dan logis. Dengan demikian berkat intrakomunikasi yang selalu terlatih, ia akan
mengalami keberhasilan dalam proses interkomunikasi berikutnya.
Beberapa
unsur yang perlu diperhatikan untuk menciptakan komunikasi efektif dalam
pembelajaran adalah :
1. Semua komponen dalam
komunikasi pembelajaran diusahakan dalam kondisi ideal/baik ;
a. Pesan
(message) harus jelas, sesuai dengan kurikulum, terstruktur
secara jelas, menarik dan sesuai dengan tingkat intelektual siswa.
b. Sumber
(guru) harus memiliki kompetensi dalam materi ajar, media
yang digunakan, mampu menyandikan dengan jelas, mampu menyampaikan tanpa
pembiasan dan menarik perhatian serta mampu memotivasi diri dan siswa dalam
proses interaksi dan transaksi komunikasi.
c. Penerima
(siswa) harus dalam kondisi yang baik (sehat) untuk tercapainya
prasyarat pembelajaran yang baik.
d. Lingkungan
(setting) mampu mendukung penuh proses komunikasi, misalnya
pencahayaan, kenyamanan ruang dan sebagainya.
e. Materi
(media software) dalam kondisi baik/tidak rusak (sesuai dengan
isi/pesan).
f. Alat
(Device) tidak rusak, sehingga tidak membiaskan arti (audiovisual).
Media uang menarik (dapat dilihat dan didengar) akan memudahkan siswa dalam
retensi dan pengingatan kembali pesan yang pernah didapat.
g. Teknik/prosedur
penggunaan
Semua komponen pembelajaran harus memiliki
instruksi jelas dan terprogram dalam pengelolaan.
2. Proses
encoding dan decoding tidak mengalami pembiasan arti/makna.
3. Penganalogian
harus dilakukan untuk membantu membangkitkan pengertian baru dengan pengertian
lama yang pernah mereka dapat.
4. Meminimalisasi
tingkat gangguan (barrier/noise) dalam proses komunikasi mulai dari proses penyandian
sumber, proses penyimbolan dalam software dan hardware, dan proses penafsiran
penerima.
5. Feedback
dan respons harus ditingkatkan intensitasnya untuk mengukur efektifitas dan
efisiensi ketercapaian.
6. Pengulangan
(repetition) harus dilakukan secara kontinyu maupun progresif.
7. Evaluasi
proses dan hasil harus dilakukan untuk melihat kekurangan dan perbaikan.
8. Delapan
aspek pendukung dalam komunikasi; fisik, psikologi, social dan waktu harus
dibentuk dan diselaraskan dengan kondisi komunikasi yang sedang berlangsung
agar tidak menghambat proses komunikasi pembelajaran. (M. Miftah. M.Pd)
Komentar
Posting Komentar